Literasi Keuangan untuk Generasi Muda Indonesia

    Literasi Keuangan untuk Generasi Muda Indonesia Indonesia, beberapa waktu belakangan ini dihadapkan kembali pada perlemahan mata uang Indonesia terhadap US Dollar dimana perlemahan mata uang kita sejak akhir tahun 2017 mulai bergerak lebih tinggi dari kurs USD 1 = IDR 13,500, kurs yang saya yakini merupakan kurs batas psikologis masyarakat Indonesia. Bahkan beberapa minggu belakangan ini, mata uang kita sempat bergerak melemah ke angka IDR 14,200 sebelum akhirnya bergerak kembali ke angka 13,900, angka yang cukup mengkhawatirkan apalagi bila rupiah kita masih saja terus melemah terhadap US Dollar yang pada akhirnya akan membuat pemerintah Indonesia harus melakukan intervensi secara berulang kali untuk menstabilkan kondisi mata uang kita dan pada akhirnya menggerus dalam cadangan devisa pemerintah Indonesia. “…Lampu kuning untuk pemerintah Indonesia dan kita semua rakyat Indonesia untuk melakukan sesuatu…!”

Secara umum, pada dasarnya kita semua mungkin berpikir dan meyakini bahwa perlemahan rupiah terhadap dollar merupakan dampak dari kondisi perekonomian US yang semakin membaik, data ketenagakerjaan US yang menunjukkan adanya perbaikan di tahun 2018 ini, meskipun juga adanya beberapa kebijakan kontroversial Trump yang salah satunya dikenal dengan “Trump’s Tax Cut” yang menimbulkan pro dan kontra mengenai siapa pihak yang diuntungkan ataupun siapa pihak yang dirugikan dari kebijakan ini dan dampaknya terhadap ekonomi US untuk jangka panjang. Disamping itu, adanya kebijakan the FED yang sudah mengisyaratkan untuk menaikkan suku bunga 3 sampai 4 kali dalam tahun 2018 ini seolah-olah hendak menunjukkan pada dunia bahwa ekonomi US sedang pulih dan mulai bertumbuh. Kenyataan akan mulainya optimisme pasar ekonomi US seolah-olah bersiul dan memanggil para investor untuk kembali membenamkan investasinya di pasar ekonomi US. Lalu pertanyaannya, apakah kita sebagai masyarakat Indonesia hanya akan diam dan mengikuti arus pola ketidakpastian ekonomi saat ini yang mungkin kita yakini disebabkan oleh mulai pulihnya ekonomi US??. Sudah banyak juga upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah kita yang kita sendiri mungkin tidak menyadari. Menaikkan suku bunga acuan BI, 7days Repo Rate sebanyak 2 kali dengan basis masing masing 25 poin dalam kurun waktu 1 bulan di bulan Mei 2018 ini sehingga menjadi 4.75% merupakan signal bahwa pemerintah benar-benar hendak mencegah keluarnya dana investasi dari Indonesia, meskipun kebijakan ini sedikit kontra produktif dengan upaya pemerintah di satu sisi untuk mendorong pertumbuhan bisnis dan menciptakan likuiditas pasar. Di samping itu, mungkin sudah beberapa kali pun pemerintah Indonesia melakukan intervensi dalam diam terhadap mata uang kita serta upaya lainnya untuk meredam kepanikan dari gejolak perlemahan mata uang kita. Namun, apakah kita tahu bahwa upaya-upaya tersebut belum cukup!. Perlu upaya dari kita sebagai individu untuk mulai melakukan banyak hal untuk ikut membantu ekonomi negara kita, paling tidak, dimulai dari diri kita sendiri yang pada akhirnya membantu kekuatan fundamental ekonomi negara Indonesia. Dimulai dari Literasi Keuangan untuk Generasi Muda Indonesia 2018 membangun literasi keuangan dalam diri kita, mengajarkan literasi keuangan yang bahasa gaulnya kita sebut sebagai “melek keuangan” kepada generasi muda Indonesia serta mempraktikkannya dalam bentuk sikap dan kebiasaan merupakan salah satu hal yang fundamental yang sangat perlu dibangun di dalam diri setiap manusia Indonesia. Lalu, mungkin saja kita ataupun generasi muda kita mulai bertanya “Literasi keuangan yang seperti apa…?, apa kaitannya dengan kestabilan ekonomi negara kita…..? Membangun literasi keuangan pada diri kita, mengenalkan dan mendorong literasi keuangan kepada generasi muda Indonesia berarti kita mulai sadar akan pentingnya belanja / spending yang bersifat produktif dan bukan konsumtif. Membangun literasi keuangan berarti kita paham akan pentingnya berinvestasi dan bukan hanya menabung. Membangun literasi keuangan juga berarti kita mengerti bahwa hutang yang bersifat konsumtif harus kita minimalkan, serta yang tidak kalah pentingnya yaitu adanya kesadaran bahwa belanja / spending yang bersifat konsumtif harus didasarkan pada faktor kebutuhan dan bukan faktor keinginan atau gaya hidup yang melebihi kemampuan finansial kita…, mengutip pepatah singkat namun penuh arti dari negeri seberang “Live within your means…” Dengan mulai meminimalkan hutang konsumtif serta melakukan belanja yang didasarkan pada kebutuhan saja akan membuat kita dengan mudah menyisihkan sebagian dana yang kita miliki dan mulai melakukan belanja produktif serta beinvestasi pada mata uang rupiah kita dan bukan mata uang asing untuk melipat gandakan nilai investasi kita. Investasi pada properti di berbagai wilayah Indonesia dan investasi pada pasar modal Indonesia baik berupa saham, obligasi maupun reksadana adalah salah satu contoh praktik nyata yang bisa kita lakukan dalam membangun kekuatan ekonomi pribadi yang pada akhirnya akan menjadi kekuatan fundamental ekonomi negara secara menyeluruh. Slogan “Ayo berinvestasi saham” yang sering kita dengarkan beberapa waktu belakangan ini pun sudah merupakan salah satu ajakan pemerintah untuk membangun ekonomi yang solid dan mandiri di Indonesia. Belanja /spending produktif seperti inilah yang akan menggerakkan roda perekonomian Indonesia dan menciptakan iklim investasi dan ekonomi Indonesia yang dinamis, stabil, tangguh dan mandiri, serta yang terpenting adalah tidak banyak terpengaruh dan tidak sepenuhnya bergantung pada kondisi eksternal dan fluktuasi ekonomi dunia. Disamping itu, konsumsi barang/jasa produksi lokal berbasis kebutuhan juga memegang peranan penting dalam memperkuat fondasi ekonomi negara. Mungkin banyak dari kita yang belum sepenuhnya menyadari dan masih memilih penggunaan brand-brand asing yang masuk ke negara kita sehingga melibas penjualan produksi lokal yang pada akhirnya dapat menghambat laju kewiraswastaan di Indonesia. Kesadaran akan pentingnya menggunakan barang/jasa lokal hasil produksi anak bangsa akan secara nyata mendorong generasi muda Indonesia untuk lebih terlibat dalam membangun Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM), mendorong jiwa kewiraswastaan generasi muda Indonesia untuk menciptakan usaha dengan produk lokal berkualitas ekspor yang mampu bersaing dengan produk Literasi Keuangan untuk Generasi Muda Indonesia 2018 dunia, serta yang tidak kalah pentingnya adalah semakin memperluas lapangan kerja bagi setiap manusia Indonesia yang semua ini pada akhirnya akan menjadi fondasi yang menggerakkan dan mempertangguh ekonomi Indonesia serta tidak ringkih dengan satu hantaman krisis ekonomi dari negara lain yang dapat terjadi dari waktu ke
waktu.

Oleh karena itu, sebagai bagian dari manusia Indonesia, saya ingin mengajak agar kita semua mulai membangun literasi keuangan tersebut, paling tidak dimulai dari diri kita sendiri dengan selalu berinvestasi di negeri tercinta serta menggunakan produk lokal hasil produksi anak bangsa kita. Dengan mulai melakukan hal-hal ini saya yakin bahwa manusia-manusia Indonesia terutama generasi muda Indonesia berjalan ke arah yang lebih baik dan akan terbentuk menjadi satu individu yang yang kuat secara ekonomi yang pada akhirnya secara kolektif dan menyeluruh menjadi partner yang solid dan berjalan berdampingan dalam menciptakan fundamental roda ekonomi Indonesia yang stabil, tangguh, jaya dan maju. Tidak mudah memang untuk memulai dan butuh waktu serta proses untuk menuju ekonomi Indonesia yang maju dan jaya…, namun… memulai merupakan suatu pilihan dan pilihan selalu ada pada diri kita sendiri…. Demikian ulasan yang dapat saya berikan, semoga menjadi bahan bacaan dan pembelajaraan yang berguna dan membangun untuk kita semua.

 

 

– HLW