Seminar Bank Performance in Indonesia Until 2020 and COVID-19 Impact Oleh Prof. Dr. Adler H. Manurung, M.E., M.Com

Revolusi Teknologi Perbankan di Indonesia terdiri dari 5 Buku, yang di setiap Buku memiliki perbedaan yang signifikan dikarenakan teknologi yang telah berkembang pesat. Revolusi industry berpengaruh pada perkembangan teknologi perbankan.

  1. Bank 1.0 (1472 – 1980)

Bank yang masih dapat dikatakan primitive, yaitu masih menggunakan cabang – cabang kantor dalam setiap proses transaksi.

  1. Bank 2.0 (1980 – 2007)

Bank 2.0 sudah mulai menggunakan komputer dan menerapkan ATM, tempat untuk dapat menarik uang di tempat yang telah disediakan selain cabang kantor bank. Di Indonesia, bank yang pertama kali menerapkan ATM adalah Bank Niaga di sekitar tahun 1990an.

  1. Bank 3.0 (2007 – 2017)

Di era Bank 3.0, Bank – bank telah melakukan transaksi dan layanan menggunakan laptop dan smartphone. Selain itu, bank sudah mulai menerapkan M-Banking.

  1. Bank 4.0 (2017 – 2020)

Bank 4.0 disebut juga sebagai Real Time. Dengan berkembang pesat nya teknologi di sekitar kita, dan juga adanya AI (Artificial Intellegence) membuat transaksi perbankan sangat dipermudah. Saat ini dengan hitungan detik saja kita dapat dengan mudah melakukan transaksi, contohnya mengirim uang.

  1. Bank 5.0 (2020 – –  )

Menurut Bapak Adler, beliau melihat Bank 5.0 akan lebih berkembang pesat dengan bantuan robot.

Menurut Bapak Adler, Revolusi Teknologi Perbankan di Indonesia yang semakin berkembang dengan pesat sangat berpengaruh pada bisnis – bisnis yang ada di Indonesia. Seperti sampai saat ini, banyak sekali bisnis – bisnis yang basisnya adalah digital. Contoh, Uber, Netflix, Google, dll.

Di tengah wabah COVID-19 ini, dampak yang diakibatkan bukan hanya berdampak pada bidang kesehatan, tetapi banyak aspek – aspek lain yang terkena dampak. Salah satu yang berdampak adalah aspek ekonomi, tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.

Dengan Analisa yang dilakukan oleh Bapak Adler, dijelaskan bahwa Bank di Indonesia cenderung masih dapat bertahan ditengah wabah COVID-19. Berdasarkan angka – angka Kinerja Perbankan tahun 2020, Bank dapat menggunakan margin 3% disituasi wabah COVID-19 ini. Karena Bank – bank di Indonesia memiliki Laba Ditahan yang cukup lama. Sehingga dapat digunakan dalam wabah COVID-19 ini. Seperti yang telah dikatan oleh Bapak Adler, COVID – 19 tidak dapat merusak bank secara dalam, terutama di Indonesia sudah banyak bank – bank dengan Buku 3 dan 4. Dimana bank ini bertransaksi dengan digital, sehingga ditengah wabah COVID – 19, transaksi masih dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan teknologi digital, seperti M-Banking dan E-Banking. Tetapi masih juga terdapat bank – bank kecil yang tersebar di seluruh Indonesia, bank dengan Buku 1.0 dan Buku 2.0 perlu berada dalam pengawasan oleh pemerintah, karena bank – bank ini yang perlu banyak bantuan. Menurut Bapak Adler, bank kecil atau UKM masih mempertahankan kantor cabang yang cukup aktif walaupun di tengah wabah, tetapi tetap harus di perhatikan oleh pemerintah.

Wabah COVID-19 tentu saja tidak hanya mempengaruh kinerja perbankan, tetapi juga pasar saham. Berdasarkan daftar harga saham – saham, banyak saham di Indonesia yang masih bertahan atau tidak turun secara drastis. Menurut Bapak Adler, bank – bank besar saham mereka tidak akan turun jauh atau turun drastis. Saham yang turun drastis adalah bank – bank kecil, dipengaruhi oleh asset dan ekuitas yang dimiliki. Maka dari itu, ekuitas dalam perusahaan sangatlah penting, terutama di tengah wabah seperti ini.

Jadi, kinerja perbankan dalam wabah COVID – 19 dapat saja menurun, tetapi tidak akan turun secara drastis. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Adler, COVID – 19 tidak dapat merusak bank secara dalam. Selama bank mengelola asset dan ekuitas yang mereka miliki selama wabah ini, kinerja mereka dapat berjalan dengan baik. Hingga sampai saat ini, banyak bank di Indonesia terutama yang berkantor pusat di Jakarta, masih melakukan pekerjaan walaupun dibatasi, tetapi dapat membantu kinerja perbankan di Indonesia.

-NA-