Menulis Artikel Ilmiah (Bagian 1)

Sebagai penutup studi jenjang sarjana; seorang mahasiswa akan dituntut untuk membuat suatu karya ilmiah yang komprehensif (disebut dengan skripsi). Di program Finance Binus; skripsi yang dominan adalah berbentuk suatu essay penelitian. Sejak tahun 2021 mahasiswa diberikan pilihan untuk membuat karya akhirnya dalam bentuk artikel ilmiah yang harus diterbitkan pada publikasi terindeks SCOPUS. Skema katya akhir yang dikenal dengan nama STAR ini bahkan memberikan kelonggaran dengan pengerjaan yang dapat dilakukan melalui team bukan perorangan. Skema STAR memperoleh respon yang positif yang terbukti dari banyaknya mahasiswa yang mengambil jalur ini (mencapai sekitar 20%).

Tulisan ini adalah bagian pertama dari tiga bagian yang akan saya share kepada mahasiswa mengenai Tips penulisan artikel ilmiah. Tentu saja yang pertama yang harus kita kenal adalah apakah yang terjadi dalam proses submisi suatu artikel ilmiah ke suatu jurnal. Artikel ilmiah adalah suatu essay yang dipublikasikan oleh seorang (atau sekolompok orang) yang memiliki minat terhadap suatu disiplin ilmu tertentu (atau sekelompok disiplin ilmu; jika yang bersangkutan memiliki paradigma multidisiplin).

Mengapa dipublikasikan? Studi yang mereka lakukan telah menemukan suatu insight yang segar dan diharapkan memberikan nilai tambah kelimuan. Studi tersebut dipublikasikan dalam bentuk artikel yang ringkas untuk memperoleh masukan dari rekan sejawat (peers). Masukan yang diminta baik berupa verifikasi: kebenaran secara prosedur atas aktivitas ilmiah yang telah dilakukan maupun validasi: temuan yang diperoleh dianggap teruji dan digunakan sebagai tambahan atas kekayaan ilmiah yang sudah ada. Singkatnya publikasi ilmiah adalah media komunikasi dan dialog antara periset dengan komunitas ilmiah terkait. Dalam rangkaian tulisan ini saya hanya membatasi pada artikel ilmiah yang bersifat riset empiris.

Suatu karya ilmiah sebagaimana karya “manusia” lainnya tentu memiliki kualitas yang berbeda-beda. Artikel ilmiah akan dinilai terutama berdasarkan keterbaruan (novelty). Keterbaruan ini dapat berada pada tema, obyek dan teknik analisa. Penilaian keterbaruan akan dinilai oleh target publikasi (jurnal) yang dituju. Semakin prestisius jurnal tentu saja akan semakin tinggi standar akseptasi artikel yang diterapkan. Terdapat ribuan jurnal ilmiah untuk disiplin akuntansi dan keuangan. Sejak tahun 2000 an komunitas ilmiah berupaya membangun sistem kredibilitas dalam publikasi dalam bentuk asosiasi yang melakukan standarisasi dan indeksasi. Sejak tahun 2010 an; universitas-universitas utama dunia merujuk kepada jurnal yang diindeks oleh SCOPUS dan World of Science sebagai outlet publikasi civitas academicka mereka. Untuk level Indonesia; pemerintah telah membuat indeksasi melalui SINTA.

Publikasi karya ilmiah dapat diberikan dengan tahapan berikut. Setelah menerima artikel, jurnal biasanya akan melakukan screening awal dalam bentuk kualitas bahasa, gaya penulisan serta kualitas referensi. Setelah melewati screening awal; maka editor akan melakukan evaluasi atas dasar kesesuaian substansi dengan coverage jurnal dan standar keterbaruan. Jika editor telah merasakan artikel telah sesuai dengan kedua aspek tersebut maka editor akan menunjuk dua-tiga spesialis untuk mereview artikel secara lebih detail. Proses review oleh spesialis adalah yang paling lama. Disini dapat terjadi dialog (sanggahan-tanggapan) yang dapat bersifat intense. Proses bolak balik dapat berlangsung dari 3 bulan-2 tahun.

Ketika semua reviewer dan editor sepakat mengenai kelayakan kualitas artikel maka surat akseptasi dapat diberikan. Setelah mencapai tahap ini; dapat dikatakan bahwa perjuangan penulis sudah hampir selesai. Dari sini artikel akan masuk ke proses produksi dimana artikel akan disesuaikan dengan format jurnal serta aktivitas administratif lainnya (seperti copy right transfer).

Memperhatikan flow diatas maka sangat penting untuk melihat metrik seperti acceptance rate serta durasi (dari submisi ke decision). Metrik-metrik ini (biasanya terdapat di website jurnal) perlu diselaraskan dengan kebutuhan kita. Jangan sampai kita mensubmit artikel ke jurnal yang terlalu sulit ditembus atau memproses terlalu lama. Juga perlu diperhatikan bahwa status terindeks SCOPUS tidak bersifat permanen. Scopus secara periodic melakukan review dan investigasi terhadap jurnal-jurnal nya; karena  kualitas paper dan praktek predatory sangat mungkin suatu jurnal akan dikeluarkan dari listing SCOPUS. Hal ini tentu tidak dikehendaki; karena itu penulis perlu cermat memilih jurnal.

Moch. Doddy Ariefianto